The Free Doctor

Health is our deepest and priceless things in the world, be healthy !

Blogger Template by Blogcrowds

Peran Ayah yang Terhilang: Pola Asuh Berisiko Tinggi

Monday, October 4, 2010

Senin, 06 Oktober 2008 20:04:00 WIB

Survei Faktor Risiko YCAB tahun 2002 menemukan bahwa sebagian besar remaja di kota besar mengaku mereka lebih mudah ‘curhat’ kepada ibu daripada kepada ayah.

Penelitian ini lebih jauh menemukan bahwa sosok ibu memang lebih cenderung permisif, sementara kaum ayah terkesan otoriter. Kesan otoriter ini mungkin saja timbul dari persepsi anak yang jarang merasakan kehadiran sosok ayah dalam masa pertumbuhannya.

Penelitian ini juga menemukan pola asuh yang tidak kompak (ayah otoriter, ibu permisif, atau kebalikannya) pada hampir semua pecandu! Pola asuh yang demikian berkesan cenderung membuat anak menjadi rentan terhadap narkoba.

Sebagian besar pecandu kehilangan sosok ayah karena mungkin sang ayah terlalu otoriter. Karena itu, jika kaum ayah lebih komunikatif dan ‘bersahabat’ mungkin anak akan lebih merasakan kehadiran mereka dalam hidupnya. Selain itu kaum ayah perlu memperbaiki kurangnya waktu yang mereka sediakan untuk anak mereka. Menjadi orangtua jelas bukan hanya pekerjaan ibu tapi juga pekerjaan ayah!

Ayah, tingkatkan peranmu!

Para ayah, kapan terakhir anda ingat duduk bersama anak anda bercengkrama dan belajar atau mengerjakan sebuah proyek bersama?

Menurut Jeremy Boyle dan beberapa profesor lainnya dari School of Family Life di Brigham Young University, peran kaum ayah dapat dibagi dalam beberapa tahapan hidup anak. Tahapan ini dibagi dalam enam masa yakni masa bayi, balita, usia TK, 6-8 tahun, 8-12 tahun dan remaja.

Dr. Boyle menganjurkan ayah mulai bicara dengan bayi dengan suara lembut, dan ketika bayi memasuki usia balita ayah perlu terlibat dalam ritual sehari-hari seperti memandikan anak sambil bermain imajinatif.

Di usia TK dan pertumbuhan 6-8 tahun ayah perlu memainkan peran yang berbeda seperti mulai memperkenalkan sentuhan-sentuhankasih sambil melakukan perkerjaan bersama di sekitar rumah atau membantu membuat PR.

Di usia 8-12 tahun dan masa remaja, peran ayah menjadi lebih kritikal. Mulai dari melatih anak dalam mengatasi masalah dengan memberikan perumpamaan atau ilustrasi sampai kepada komitmen untuk menyiapkan waktu untuk berbicara atau berdiskusi dengan remaja anda tentang kegiatan sekolah, pilihan jurusan, urusan pacar, termasuk masalah seks, miras dan narkoba.

Tapi lebih dari ini semua, kita semua tahu, orangtua khususnya ayah perlu menjadi teladan. Perbuatan jauh lebih berharga dari sekedar perkataan dan nasihat. Menurut para ahli ilmu keluarga, ayah yang absen dalam hidup seorang remaja putri akan membuat dia memiliki kecenderungan untuk bergonta-ganti pacar.

10 Langkah Menjadi Ayah Lebih Baik

Menjadi orangtua adalah sebuah pekerjaan serius, bahkan saya percaya ini adalah sebuah ibadah.

Namun sayangnya ini adalah satu-satunya profesi penting yang tidak memiliki institusi pendidikan formalnya. Bahkan ketika menikah, kita dan pasangan kita belum sempat belajar untuk hidup bersama sebagai suami-istri tapi sering kali “mendadak” menjadi mama-papa bagi seorang individu mungil. Ini membawa tantangan tersendiri tentunya. Apalagi bagi kaum pria yang secara alami tidak dilahirkan dengan kapasitas untuk mengasihi sama seperti wanita.

Mark Brandenburg, M.A., CPCC, seorang pelatih ilmu keluarga dari Amerika Serikat merumuskan sepuluh cara untuk menjadi ayah yang lebih baik yaitu:

1. Hargai kemampuan anak. Orangtua yang mendorong anaknya untuk mengembangkan kemampuan diri dan talentanya akan tumbuh menjadi individu yang mantap.

2. Adakan waktu untuk anak setiap hari.

3. Gunakan cara disiplin yang positif. Disiplin yang positif akan mengajarkan anak bertanggung jawab. Hukuman yang berat membuat anak membenci anda.

4. Perlihatkan hubungan yang mesra dengan pasangan anda. Anak yang berada dalam keluarga yang penuh kasih akan melihat dan belajar untuk mengasihi.

5. Kenali anak anda. Apakah yang menjadi inspirasi anak anda? Tahukah anda keinginan & mimpinya?

6. Ekspresikan cinta melalui sentuhan fisik. Pelukan dan ciuman memperlihatkan sisi halus seorang ayah.Anak juga perlu merasakan sisi maskulin anda melalui bermain perang-perangan atau sesekali ‘bergulat’ dengan anak anda.

7. Dengarkan anak anda. Tatap matanya ketika anda berbicara dengan anak anda. Jika anda ingin anak anda mendengarkan anda, anda perlu memberikan ia jalan keluar.

8. Uji hubungan anda dengan ayah anda sendiri. Hubungan anda yang tidak baik dengan ayah anda dapat mengurangi kemampuan anda untuk menjadi ayah yang efektif. Apa yang perlu diselesaikan dengan ayah anda? Apakah ada kesalahan di masa lalu yang perlu dimaafkan?

9. Jaga diri anda. Jika anda tidak memelihara tubuh dan kesehatan anda demi keluarga anda.

10. Jaga amarah anda. Latih diri anda beberapa teknik relaksasi supaya anda dapat mengendalikan emosi anda ketika situasi memanas.

Siapkan anda menjadi ayah yang lebih baik?

Jangan Gigit Puting Ibu Donk dek...!

Thursday, April 29, 2010

HAMPIR setiap ibu menyusui pasti pernah mengalami puting payudaranya digigit oleh si buah hati. Pengalaman tersebut terjadi saat si kecil baru tumbuh gigi. Lantas, bagaimana caranya mengatasi anak yang menggigit putingnya saat minum ASI?

Spesialis anak dari RSPAD Gatot Soebroto, dr Nuvi Nusarintowati SpA menjelaskan, memang pada usia enam bulan gigi susu bayi mulai tumbuh. Biasanya dua hingga empat buah masing-masing dua gigi seri di bagian atas dan dua di bagian bawah. Gigi yang mulai tumbuh ini memberi sensasi tersendiri yang kerap membuat bayi ingin menggigit sesuatu.

“Sebenarnya apapun benda yang dimasukan dalam mulutnya secara otomatis akan digigitnya. Mulai dari menggigit tangannya, mainan, makanan, tak terkecuali puting susu sang ibu saat memberikan ASI,” jelas dr Nuvi menjawab pertanyaan konsultasi pembaca yang diampu Mom&Kiddie.

Gigitan bayi pada puting susu ibu tentu menimbulkan rasa nyeri, bahkan luka yang dapat menganggu proses menyusui. Untuk mencegah agar bayi tidak mengigit lagi, ada beberapa hal yang perlu ibu perhatikan.

Posisi Mulut Bayi Saat Menyusu
Posisi menyusui yang kurang tepat ternyata dapat memengaruhi bayi untuk menggigit puting susu ibu. Untuk itu coba perhatikan, apakah perlekatan bibir bayi pada puting susu ibu sudah pada posisi yang benar. Nah, posisi yang baik dan benar adalah:

1. Mulut bayi harus betul-betul terbuka.

2. Pastikan seluruh puting susu beserta areola mamae (daerah di sekitar puting yang berbintil-bintil) masuk ke dalam mulut bayi. Bibir bayi bagian bawah harus lebih terjulur daripada bibir atasnya (kalau diperhatikan lebih saksama seperti bibir dower).

3. Mulut bayi menghisap dengan cara seolah-olah memerah payudara ibu. Jadi tidak disedot tapi diperah (pumping not sucking).

4. Berbeda dengan saat bayi menggunakan botol susu, kalau menggunakan botol susu disedot sementara kalau ASI seperti diperah.

Lepaskan Bila Sudah Kenyang

Lihat, apakah kebutuhan ASI si kecil memang sudah cukup. Jika kira-kira ia sudah kenyang, segera lepaskan puting susu ibu karena jika tidak, dapat dipastikan ia hanya akan memainkan puting ibu bahkan digigitnya. Jadi, segera copot dan gantikan dengan mainan khusus (teether) atau bisa diberikan biskuit untuk digigitnya. Mengingat usia anak sudah 6 bulan, berarti sudah boleh makan biskuit. Hal ini dilakukan agar tetap bisa merangsang pertumbuhan giginya tanpa melukai puting susu ibu.

Tip Hindari Gigitan si Kecil

1. Menyusuilah di saat bayi memang ingin menyusu atau saat ia mulai mengantuk.

2. Jangan menawari bayi menyusu saat ia sedang asyik bermain.

3. Coba untuk mengenali tanda-tanda bayi akan mengakhiri proses menyusui dan lepaskan payudara ibu sebelum bayi bermain dan mengigit puting.

4. Untuk membantu agar bayi lebih tenang saat menyusu, disarankan ibu menyusui dengan rileks di ruangan yang tenang dan tidak terlalu terang. Hal ini agar tidak terlalu banyak rangsangan yang diterima bayi dan ia dapat lebih santai dan tenang saat menyusu.

5. Setiap kali bayi melakukan gerakan mengigit puting, segera lepaskan payudara dari mulut bayi secara halus dengan memasukkan jari kelingking Anda ke mulut bayi sambil mengatakan bahwa ia tidak boleh melakukan itu karena ibunya kesakitan.

6. Jangan memberikan payudara jika bayi tidak ingin menyusu lagi.